Kamis, 16 Oktober 2014

Ilmuan IPB Ciptakan Teknologi Anti Radar Berbahan Cangkang Udang dan Tulang Ikan

TNI berkerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) mengembangkan teknologi anti radar bagi keperluan TNI. Pengembangan teknologi yang telah dilakukan sejak tahun 2011 ini diharapkan mampu memperkuat alat utama sistem persenjataan (alutsista) milik TNI.

Ilmuan IPB Ciptakan Teknologi Anti Radar Berbahan Cangkang Udang dan Tulang Ikan
Radar TNI AU

Menurut Wakil Ketua Dewan Juri Lomba Inovasi TNI 2014, Avanti Fontana, teknologi ini diciptakan dengan menggunakan bahan dasar cangkang udang (chitosan) dan tulang ikan (hidroksiapatit).

Sistem kerja utama alat itu yakni dengan menyerap pantulan gelombang frekwensi radar musuh yang dilayangkan ke alutsista milik TNI. Dengan diserapnya gelombang tersebut, maka musuh tak dapat mendeteksi kendaraan yang digunakan TNI dalam menjalankan operasinya.


“Inovasi ini jelas membantu meningkatkan peran dan tugas TNI,” kata Avanti disela-sela pemberian penghargaan Inovasi Panglimat TNI 2014 di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Minggu (12/10/2014).

Pengembangan teknologi ini dilakukan oleh tim dosen dan mahasiswa IPB, yang terdiri dari Bambang Riyanto, Akhiruddin Maddu, dan Esa Ghanim Fadhallah. Ketiga orang itu akhirnya didapuk menjadi salah satu tim pemenang dalam ajang Inovasi Panglima TNI 2014. Panglima TNI Jenderal Moeldoko pun, mengapresiasi pengembangan teknologi tersebut. Ia meminta agar penelitian dan pengembangan teknologi itu dapat dipercepat sehingga dapat segera diaplikasikan di alutsista TNI.

dalam keterangan terpisah, Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen TNI Fuad Basya mengatakan, TNI akan menggandeng PT Pindad dalam pengaplikasian teknologi ini. Di samping itu, TNI juga berencana agar teknologi ini dapat diproduksi secara masal. Meski demikian, ia mengatakan uji coba atas alat anti radar itu harus diuji coba terlebih dahulu di Badan Litbang TNI. (Tribun)

Selasa, 07 Oktober 2014

Mengenal Little Moe, Robot Mungil Pembunuh Virus Ebola

Perusahaan pembasmi kuman asal San Antonia, AS, Xenex. Berhasil membuat robot anti virus ebola yang belakangan ini meresahkan penduduk Dunia. 


Little Moe, Robot Mungil Pembunuh Virus Ebola

Robot kecil sekitar setengah meter yang diberi nama Little Moe ini mampuh membersihkan ruangan dari virus berbahaya dalam hitungan menit. Litte Moe diproyeksikan menjaga ruangan di rumah sakit di Dallas, yang merawat seorang yang diduga terinfeksi Ebola.

Diharapkan dengan robot ini, rumah sakit itu bebas Ebola. Robot ini memang dikhususkan untuk membasmi kuman dalam ruangan, yang saat ini tengah muncul Ebola di AS.


Melansir Daily Mail, Rabu 8 Oktober 2014, Litte Moe saat ini tengah disiagakan pada 250 rumah sakit dan fasilitas kesehatan di Amerika Serikat, termasuk rumah sakit di Dallas tersebut.

Kinerja Little Moe tak main-main. Robot ini menggunakan xenon, gas tak beracun yang tak berwarna, untuk menghasilkan sinar ultraviolet yang nantinya digunakan menghancurkan virus.

Robot ini menyebarkan 1,5 tekanan per detik sampai area tiga meter setiap arah untuk membunuh virus Ebola. Saat sinar ultraviolet dipaparkan, Robot akan mengeluarkan sinar biru mirip kilatan.

Dilaporkan cahaya yang dihasilkan robot ini sangat terang, 25 ribu kali lebih terang dari sinar matahari.

"Robot kami menjamin ruang akan aman untuk pasien berikutnya, dengan menghancurkan kuman pada permukaan yang sensitif serta mampu membersihkan sudut dan celah ruangan," jelas juru bicara Xenex.

Disebutkan teknologi yang memanfaatkan sinar ultraviolet untuk mensterilkan ruangan, sebenarnya sudah ada dalam beberapa dekade. Tetapi, kemampuan pada robot Litte Moe menawarkan hal yang lebih canggih. Robot ini memiliki pemrosesan yang cepat dengan menggunakan xenon yang ditempatkan pada air raksa.

Basmi Ebola 2 menit

Sebagai perbandingan, mesin ultraviolet berbasis air raksa biasa butuh waktu satu jam untuk membasmi kuman dalam ruangan. Sedangkan robot Litte Moe hanya butuh waktu dua menit saja. 

"Misi kami selalu untuk menghilangkan patogen yang menyebabkan infeksi dan berdampak pada kesehatan serta kehidupa jutaan pasien serta keluarga mereka. Dan, Ebola tak berbeda dengan pembasmian kuman lainnya," jelas Xenex dalam pernyataannya.

Juru bicara itu mengatakan virus Ebola sebenarnya mudah untuk dibunuh dibandingkan penyakit lainnya yang kebal pembasmian kuman. Robot ini berbiaya US$104 ribu sekitar Rp1,7 miliar.

Virus Ebola yang muncul sejak 1976, telah menyebar menjadi wabah simultan di Sudan dan Republik Demokratik Kongo.

Virus itu kini telah muncul di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat dan Spanyol. Gejala Ebola meliputi demam, kelemahan terus menerus, nyeri otot, sakit kepala, sakit tenggorokan diikuti dengan muntah-muntah, diare, ruam, ginjal dan gangguan fungsi hati. Dalam beberapa kasus terjadi pendarahan internal dan eksternal.

Ebola memiliki masa inkubasi panjang hingga 21 hari, artinya orang yang tertular dapat tak menyadari dirinya terinfeksi sampai munculnya gejala tersebut.




Sumber : VivaNews