Senin, 15 September 2014

Mahasiswa Ubaya Berhasil Ciptakan Helm Anti Kantuk

Kristiawan Manik dan Ricky Nathaniel Joevan, Dua mahasiswa Program Kekhususan Teknik Manufaktur Fakultas Teknik Universitas Surabaya (Ubaya), berhasil menciptakan inovasi baru berupa helm anti kantuk yang praktis, murah, dan tidak mengubah bentuk helm.

Helm anti-kantuk buatan mereka berdua memanfaatkan denyut nadi, ini merupakan terobosan baru dimana  Helm anti-kantuk yang sudah beredar saat ini menggunakan gelombang syaraf otak.


Mahasiswa Ubaya Berhasil Ciptakan Helm Anti Kantuk


Menurut Ricky, helm anti-kantuk yang memanfaatkan gelombang syaraf otak memiliki harga yang mahal, karena harga dari alat deteksi gelombang syaraf otak itu lebih dari Rp 10 juta, sedangkan alat buatan tim Ubaya yang dinamai "Anti-Drowsing System (Androsys)" itu hanya Rp500 ribu.

Ide pembuatan alat ini berawal ketika Ricki dan Joevan mendapat tugas Mata Kuliah Design Project dari dosen pembimbing, Sunardi Tjandra ST MT, lalu kami mencari ide. Idenya dari nonton televisi terkait berita kecelakaan lalu lintas yang penyebab utamanya didominasi rasa kantuk," katanya.


Ia menjelaskan "Androsys" memanfaatkan denyut nadi sebagai sensor kantuk seseorang ketika mengemudi. "Denyut nadi seseorang itu normalnya 80 denyut/menit dan kalau lebih rendah dari itu berarti orang itu mengantuk," katanya.

Meski denyut nadi normal adalah 80 denyut/menit, namun denyut nadi mengantuk pada setiap orang bisa berbeda. "Bisa saja ada orang yang mengantuk pada 60 denyut/menit, tapi alat itu bisa disesuaikan dengan ukuran setiap orang," katanya.

Cara kerja Androsys bermula dari alat sensor (mikro-kontroler) untuk ukuran denyut nadi pengemudi kendaraan yang tidak sampai 80 denyut/menit dan terpasang pada bagian tubuh seseorang yang memiliki urat nadi.

"Bisa saja dipasang pada leher, tapi nantinya akan kami hubungkan dengan tali helm untuk mendukung program safety riding dari kepolisian, lalu alat sensor ini menghasilkan output untuk vibrator yang terpasang pada batok kepala dari helm dan akhirnya bergetar secara berkala untuk mencegah kantuk seorang pengemudi," katanya.

Ia mengatakan vibrator itu dipasang pada bagian dalam helm (di atas kepala/ubun-ubun) melalui pelubangan kecil tanpa mengurangi fungsi keamanan helm standar. "Produk kami itu mendapat dana hibah Rp9,5 juta dari Kemdikbud melalui PKM-KC (Program Kreativitas Karsa Cipta)," katanya.



Meraih Medali Emas diajang IIID UiTM Malaysia
 
Kristiawan Manik dan Ricky Nathaniel Joevan mengikutsertakan temuannya ini dalam ajang "International Invention Inovation and Design (IIID)" di Universiti Teknologi Mara (UiTM) Segamat, Johor, Malaysia, 20 Agustus.

"Hasilnya, produk kami dinyatakan sebagai temuan baru dan sukses dinobatkan menjadi peraih medali emas untuk kategori Invention. Itu jauh melebihi target kami. Harapannya, kami akan mengembangkan Androsys untuk pengemudi bus dan truk yang sering jalan malam," katanya.

Menanggapi prestasi anak didiknya, dosen pembimbing Sunardi Tjandra menilai keunggulan Androsys terletak pada harga yang murah dan tidak mengubah struktur helm. "Produk mereka juga dibutuhkan pasar untuk saat ini," katanya.  (Antara)

Rabu, 03 September 2014

Doormatics Keset Penghisap Debu Karya Mahasiswa ITS

Rizky Nafiar Rafiandi, dan rekan-rekannya dari ITS Surabaya berhasil menciptakan keset  serbaguna yang memiliki fungsi sebagai penghisap debu, sehingga kotoran yang ada tidak lengket di permukaan, melainkan langsung terhisap.


Doormatics Keset Penghisap Debu Karya Mahasiswa ITS Foto: dok.ITS

Menurut Rizky ide pebuatan alat ini Berawal dari pengalaman pribadi ketika membersihkan lantai, tiba-tiba adik Rizky datang dan mengotori kembali lantai tersebut
Meski pada saat itu, adiknya sudah membersihkan kaki di keset, namun karena keset tersebut juga berdebu, maka lantai kembali kotor. Karena itu dirinya ingin membuat keset yang secara otomatis menyerap kotoran.


Untuk mewujudkan alat itu,
rizky mengajak teman-teman membuatnya bersama-sama, lalu mengajukan proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) ke Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti). akhirnya tim pun mendapatkan dana sebesar Rp7,5 juta dari Ditjen Dikti untuk mewujudkan sebuah alat yang kemudian diberi nama "Doormatics" ini. Menurut Rizky  "Inovasi itu dapat menekan pengeluaran biaya gaji karyawan dalam suatu perusahaan, karena mengurangi jumlah petugas cleaning service," katanya.

Mahasiswa jurusan Teknik Elektro ITS itu mengungkapkan proses pembuatan keset serbaguna tersebut menggandeng salah satu bengkel di daerah Semolowaru, Surabaya, karena ada beberapa kendala terkait pembuatan keset serbaguna ini.

"Salah satu kendalanya adalah hambatan dalam mengoptimalkan kinerja keset ini. Saat pembuatannya, kami mengalami kesulitan dalam meningkatkan daya hisap debu pada keset. Kami juga kesusahan dalam membuat konstruksi mekaniknya," katanya.

Dengan bantuan bengkel itulah, Rizky dan timmnya akhirnya berhasil menciptakan Doormatics yang membutuhkan daya listrik sekitar 380 watt. "Kamu akhirnya juga lolos mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-27 di Semarang," katanya.


Sumber : (antaranews.com | okezone.com)

BPPT dan PTPN V Manfaatkan Limbah Sawit Menjadi Biomassa

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan PT Perkebunan Nusantara V menandatangani MOU kerjasama mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Biomassa dari tandan kosong sawit dan Pembangkit Listrik Biogas dari limbah sawit.


Kepala BPPT Dr Marzan A Iskandar menjelaskan bahwa "BPPT telah berpengalaman membangun berbagai jenis pembangkit listrik. Saat ini BPPT juga sedang meriset Pembangkit Listrik berbahan baku limbah pertanian bersama Jepang,"

Lebih lanjut Marzan mengatakan bahwa Dengan memiliki pembangkit listrik berbahan baku limbah pertaniannya sendiri, PTPN V selain akan memanfaatkan limbah yang seharusnya terbuang, juga akan menghemat bahan bakar fosil untuk keperluan listrik pabrik pengolahan minyak sawitnya maupun kebutuhan listrik warga sekitar.


Pihaknya juga akan bekerjasama dalam riset rancang bangun alat pemisah asam lemak bebas (ALB) yang merupakan pengotor dan menurunkan kualitas produk minyak sawit, tujuannya agar minyak sawit yang diekspor PTPN V tidak jatuh harganya di pasar internasional.

Sementara itu, Dirut PTPN V Fauzi Yusuf menyatakan, buah kelapa sawit yang diolah menjadi minyak sawit oleh pabriknya, hanya 36 persen berasal dari kebun PTPN V sendiri, sisanya 64 persen dibeli dari perkebunan sawit rakyat, sehingga alat pemisah ALB akan menguntungkan petani sawit juga.

"Selain itu ALB yang dihasilkan dapat diproses menjadi biodiesel untuk menyuplai kebutuhan minyak solar untuk genset PTPN V maupun untuk kendaraan operasional kami," katanya.

Pihaknya, lanjut dia, juga bekerja sama dengan BPPT dalam riset dan pengembangan industri hulu dan hilir kelapa sawit yang meningkatkan nilai tambah produk sawit dengan berbagai produk turunannya, seperti bahan baku industri kimia, sabun, perlengkapan kosmetik dan lainnya.

"Sejak beberapa tahun lalu hingga kini Indonesia nomor satu penghasil minyak kelapa sawit dunia, tapi Malaysia-lah yang nomor satu dalam penguasaannya. Seharusnya kita juga jadi nomor satu dalam penguasaan produk-produk turunan sawit. Ini berarti penguasaan pasar dan penguasaan teknologi," katanya.

PTPN V adalah satu dari 15 BUMN perkebunan dan menguasai 95 ribu hektare lahan dimana 85 ribu hektare di antaranya merupakan perkebunan sawit dan karet.



Sumber : http://www.antaranews.com/berita/365656/bppt-ptpn-v-kembangkan-pltu-biomassa-limbah-sawit